Mata Internet Dunia: 5 Negara yang Memiliki Ranjau dan Artileri Terbanyak di Dunia -
Jumlah Ranjau Rarat yang Terhitung: 23 Juta
Pada masa Perang Dunia II dan peperangan antara Mesir dengan Israel pada 1956,1967, dan 1973, masih menyisakan jutaan ranjau yang mengancam nyawa manusia.
Sejumlah ranjau darat dan artileri yang belum sempat diledakkan (UXO) masih ditemukan di kawasan barat dan barat daya Iran, terutama provinsi-provinsi yang didiami oleh suku Kurdi, Khuzekstan dan Kermanshah, dua benda berbahaya itu merupakan peninggalan peperangan antara Irak dan Iran yang terjadi pada 1980 hingga 1988.
Estimasi jumlah ranjau darat yang terdapat di Angola sekitar 10 hingga 20 juta, sehingga bisa dijadikan perbandingan satu atau dua ranjau tersebut untuk satu penduduk yang ada di negara tersebut. Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun menghitung jumlah korban yang cacat akibat ranjau darat tersebut, selain menghitung korban yang tewas sebanyak 70.000 orang.
Penduduk Afghanistan telah merasakan pahit getirnya sebuah peperangan sejak 1978, dan semua pihak yang terlibat menggunakan ranjau darat, Uni Soviet dan Afghanistan yang terjadi pada tahun 1978 hingga 1992.
Sejumlah ranjau darat dan artileri yang belum sempat diledakkan (UXO) di Irak merupakan hasil dari Perang Teluk yang terjadi pada 1991, perang Irak-Iran pada 1980-1988, lalu adanya konflik internal dan bahkan Perang Dunia II. Ranjau darat dan UXO tersebut dapat ditemukan di wilayah utara, sepanjang perbatasan Irak-Iran dan bagian tengan dan selatan Irak.
Peperangan yang berlangsung selama tiga dekade telah menyisakan luka dan duka dalam berbagai wujud di seluruh negeri Kamboja. Dan salah satu yang masih menghantui adalah ranjau darat, dalam setiap harinya selalu memakan korban. Khmer Merah (pemberontak), Heng Shamrin dan Rzim Hun Sen, BangsaVietnam, KPNLF dan Shihanoukis, diyakini telah menyebarkan ranjau darat di daratan Kamboja.
Di dalam kasus yang terjadi, bahkan para prajurit tersebut tidak dapat mengingat tempat-tempat ia menanam ranjau darat. Sehingga dengan banyaknya korban cacat akibat ledakan ranjau darat, telah membuktikan betapa banyaknya ranjau yang tertanam di daratan Kamboja. Untuk diketahui Kamboja adalah salah satu negara dengan korban cacat terbanyak akibat ranjau darat.
Sejarah negeri kaya akan kandungan minyak bumi ini harus tercoreng oleh sebuah peperangan yang terjadi pada Agustus 1990 hingga Februari 1991, yang dikenal dengan Perang Teluk. Pasukan Irak yang menginvasi, telah menanam jutaan ranjau AP (anti manusia) dan AT (anti tank) dalam sebuah operasi militer 'Kuwait Theater'.
Bosnia-Herzegovina merupakan salah satu negara yang memiliki catatan hitam dalam sejarah bangsanya. Sejarah hitam itu adalah peperangan yang harus mereka alami dalam rangkaian konflik antar sesama negara pecahan Yugoslavia, terjadi pada 1992-1995 silam.
Setelah hampir 30 tahun mengalami peperangan, menajdikan Mozambik sebagai negara paling miskin di benua Afrika. Selain dari produksi padi, gandum yang diimpor, perekonomian mereka pun bergantung dari bantuan asing.
Salah satu permasalahan ranjau darat di Somalia merupakan dampak dari peperangan yang terjadi selama 40 tahun, dan untuk pertama kalinya ranjau darat ditemukan di Somalia yakni sejak tahun 1964. Dan wilayah tengah dan selatan Somalia lah yang dinyatakan paling banyak dijadikan ladang ranjau darat dan UXO.
Ranjau darat dan peledak aktif lainnya yang ditanam di atas permukaan tanah keberadaannya sangat membahayakan bukan saja manusia namun juga hewan-hewan liar yang melintasinya.
Ranjau darat dan artileri yang belum sempat meledak (UXO) adalah warisan sebuah peperangan, dan salah satu strategi untuk melumpuhkan pergerakan musuh.
Namun di saat peperangan telah berakhir, tidak semua ranjau darat dan UXO ini kemudian dapat dijinakkan, alhasil jutaan manusia harus hidup cacat ataupun tewas seketika. Berikut 5 negara dengan ranjau darat terbanyak:
1. Mesir
1. Mesir
Jumlah Ranjau Rarat yang Terhitung: 23 Juta
Pada masa Perang Dunia II dan peperangan antara Mesir dengan Israel pada 1956,1967, dan 1973, masih menyisakan jutaan ranjau yang mengancam nyawa manusia.
Telah ditemukan sebanyak 23 juta ranjau darat yang terhitung di berbagai lokasi, namun diperkirakan masih banyak yang belum diketahui. Lokasi dan lamanya waktu terkubur membuat ranjau darat sulit untuk ditemukan.
Pada masa peperangan ranjau darat tersebut dipasang dan diletakan di jalur jalur yang akan dilewati oleh kendaraan tank, sehingga dapat menghambat agresi militer lawan. Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari Kementerian Pertahanan Mesir, keberadaan ranjau tersebut telah menghambat mobilitas manusia dan perkembangan ekonomi, selain melukai dan membunuh manusia.
Sebanyak tujuh juta ranjau darat yang terdapat di kawasan padang pasir sebelah telah ditemukan dan dijinakkan dalam kurun waktu 15 tahun.
Selanjutnya tiga juta ranjau darat lainnya ditemukan dan dijinakkan di gurun sinai. Para kamu nomad yang sering melewati padang pasir di Mesir mengenalnya dengan istilah 'taman Iblis'.
2 .Iran
Sejumlah ranjau darat dan artileri yang belum sempat diledakkan (UXO) masih ditemukan di kawasan barat dan barat daya Iran, terutama provinsi-provinsi yang didiami oleh suku Kurdi, Khuzekstan dan Kermanshah, dua benda berbahaya itu merupakan peninggalan peperangan antara Irak dan Iran yang terjadi pada 1980 hingga 1988.
Secara resmi pemerintah Iran mengatakan bahwa pihak militer Irak telah memasang 16 juta ranjau darat di wilayah Iran selama peperangan yang terjadi di era 1980'an, di area seluas 42 km2. Ranjau darat dan UXO tersebut mengakibatkan lahan pertanian semakin menyempit di lima provinsi yang berada di wilayah perbatasan.
Selain lahan pertanian, pembangunan kilang minyak pun menjadi berbahaya. Keberadaan ranjau darat dan UXO pun mempengaruhi penelitian dan pengembangan situs-situs bersejarah di bagian barat daya Iran.
3. Angola
Estimasi jumlah ranjau darat yang terdapat di Angola sekitar 10 hingga 20 juta, sehingga bisa dijadikan perbandingan satu atau dua ranjau tersebut untuk satu penduduk yang ada di negara tersebut. Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun menghitung jumlah korban yang cacat akibat ranjau darat tersebut, selain menghitung korban yang tewas sebanyak 70.000 orang.
Selama tiga dekade ranjau darat tersebar di wilayah Angola, di ladang, pedesaan, jalanan dan tempat-tempat yang tak dapat diduga sehingga mengancam dan membunuh warga tak berdosa. Keberadaan ranjau darat tersebut sangat membatasi pergerakan manusia,mengurangi lahan pertanian peternakan dan menghancurkan kehidupan ekonomi Angola.
Pada 1993 Dewan Resolusi PBB berhasil membuat penangguhan terhadap penjualan ranjau darat. Namun demikian, konsensus internasional akhirnya diputuskan dan problematika yang dihadapi oleh Angola masih berlangsung.
4 .Afghanistan
Penduduk Afghanistan telah merasakan pahit getirnya sebuah peperangan sejak 1978, dan semua pihak yang terlibat menggunakan ranjau darat, Uni Soviet dan Afghanistan yang terjadi pada tahun 1978 hingga 1992.
Ranjau darat tersebut ditanam secara sembarang hampir di seluruh pelosok negeri. Di area pertanian, peternakan, kanal irigasi, permukiman, jalanan dan jalan setapak baik di daerah pelosok maupun perkotaan. Keberadaan ranjau tersebut menghalangi pemulangan tahanan, pemberian keringanan, rehabilitasi dan pembangunan kota lainnya.
Ranjau tersebut diklaim mampu menewaskan 10-12 orang setiap hari di Afghanistan. Dan yang sngat mengkhawatirkan hanya 50% saja korban ranjau yang meninggal karena tida mendapatkan penanganan medis, karena minimnya fasilitas.
5. Irak
Sejumlah ranjau darat dan artileri yang belum sempat diledakkan (UXO) di Irak merupakan hasil dari Perang Teluk yang terjadi pada 1991, perang Irak-Iran pada 1980-1988, lalu adanya konflik internal dan bahkan Perang Dunia II. Ranjau darat dan UXO tersebut dapat ditemukan di wilayah utara, sepanjang perbatasan Irak-Iran dan bagian tengan dan selatan Irak.
Jumlah sebenarnya ranjau darat yang terdapat di Irak tidak diketahui secara pasti, namun berdasarkan estimasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terdapat 10 juta ranjau darat yang ditanam di daratan Irak. Ranjau-ranjau tersebut tersebar di 25 distrik di tiga provinsi bagian utara Irak, sementara sebanyak 3.444 distrik lainnya masih dalam dugaan memiliki ranjau darat ataupun UXO.
Bahan peledak yang mematikan tersebut mengancam keberlangsungan hidup 148.000 keluarga, dan 1.096 ranjau mengancam komunitas lainnya.
6. Kamboja
Peperangan yang berlangsung selama tiga dekade telah menyisakan luka dan duka dalam berbagai wujud di seluruh negeri Kamboja. Dan salah satu yang masih menghantui adalah ranjau darat, dalam setiap harinya selalu memakan korban. Khmer Merah (pemberontak), Heng Shamrin dan Rzim Hun Sen, BangsaVietnam, KPNLF dan Shihanoukis, diyakini telah menyebarkan ranjau darat di daratan Kamboja.
Di dalam kasus yang terjadi, bahkan para prajurit tersebut tidak dapat mengingat tempat-tempat ia menanam ranjau darat. Sehingga dengan banyaknya korban cacat akibat ledakan ranjau darat, telah membuktikan betapa banyaknya ranjau yang tertanam di daratan Kamboja. Untuk diketahui Kamboja adalah salah satu negara dengan korban cacat terbanyak akibat ranjau darat.
Berdasarkan sensus yang dilakukan di Kamboja, menyebutkan sebanyak 40.000 warga Kamboja harus diamputasi akibat cedera yang diakibatkan ranjau darat sejak tahun 1979. Perhitungan tersebut mengungkapkan bahwa rata-rata sebanyak 40 orang telah menjadi korban ranjau darat dalam satu minggu.
Namun sangat disayangkan, sekarang warisan perang yang berbahaya tersebut digunakan para penduduk untuk melindungi tanah dan tempat tinggal mereka. Sebagian mereka gunakan untuk membunuh harimau-harimau yang masuk pemukiman dan ternak mereka.
Namun sangat disayangkan, sekarang warisan perang yang berbahaya tersebut digunakan para penduduk untuk melindungi tanah dan tempat tinggal mereka. Sebagian mereka gunakan untuk membunuh harimau-harimau yang masuk pemukiman dan ternak mereka.
Dan harimau yang mati tersebut pun diolah daging dan beberapa bagian tubuhnya dijadikan obat-obatan dan dijual ke negeri tetangga Vietnam. Pada tahun 1998 sebuah peristiwa terjadi, secara tak sengaja polisi Kamboja telah menggiring seorang pembunuh untuk bersembunyi di hutan yang dikelilingi oleh ranjau darat. Penjahat tersebut kemudian harus berhenti berlari ketika ia menginjak salah satu ranjau, dan saat itu pula polisi menembaknya.
Berdasarkan sebuah perhitungan, akan menghabiskan waktu 100 tahun, untuk membersihkan Kamboja dari ranjau darat. Selama itukah?
7. Kuwait
Sejarah negeri kaya akan kandungan minyak bumi ini harus tercoreng oleh sebuah peperangan yang terjadi pada Agustus 1990 hingga Februari 1991, yang dikenal dengan Perang Teluk. Pasukan Irak yang menginvasi, telah menanam jutaan ranjau AP (anti manusia) dan AT (anti tank) dalam sebuah operasi militer 'Kuwait Theater'.
Akibatnya hampir 97,8 % daratan Kuwait menjadi ladang ranjau darat. Ranjau darat dengan daya ledak hebat banyak terdapat di sebelah utara Teluk Kuwait dan di perbatasan Kuwait dan Arab Saudi. Segera setelah perang berakhir, pemerintah Kuwait melaksanakan program yang terintegrasi untuk membersihkan ranjau darat yang masih tersisa. Menghabiskan waktu 24 bulan dan menghabiskan dana sebesar 128 juta dolar AS.
Berdasarkan laporan Badan Pengawas Ranjau Darat pada 3 April 1999, telah ditemukan sebanyak 2 juta ranjau darat di kawasan pesisir dan padang pasir di Kuwait. Selain menjinakkan dan menghancurkan ranjau darat, program pemerintah Kuwait ini memberikan semua informasi kepada masyarakat mengenai dampak negatif dan cara menghindari ranjau darat.
8. Bosnia-Herzegovina
Bosnia-Herzegovina merupakan salah satu negara yang memiliki catatan hitam dalam sejarah bangsanya. Sejarah hitam itu adalah peperangan yang harus mereka alami dalam rangkaian konflik antar sesama negara pecahan Yugoslavia, terjadi pada 1992-1995 silam.
Peperangan tersebut menyisakan ranjau darat yang masih tertanam dan aktif. Ranjau tersebut digunakan di wilayah konfrontasi, dan wilayah alternatif yang sering dilalui oleh pasukan kedua belah pihak yang berperang. Seperti wilayah perbatasan yang terbentang sepanjang 1.100 km panjangnya, dengan 4 km lebarnya, merupakan ladang ranjau darat yang subur.
Di bagian selatan dan pusat Bosnia-Herzegovina, ranjau darat di tanam menyebar sembarang, dan hanya sedikit mereka yang mengingat keberadaan pastinya. Beberapa ditanam di kawasan pegunungan ataupun hutan rimba, namun ada sebuah wilayah pertanian dan perkebunan yang memiliki ranjau darat terbanyak yakni di distrik BrĨko. Di wilayah tersebut ranjau darat telah membunuh dan mencederakan 30-35 orang dalam setiap bulannya, 80% di antaranya adalah warga sipil.
Keberadaan ranjau darat tersebut pun menghambat pembangunan kota, mengurangi jumlah produksi pangan, dan menghalangi terbentuknya sebuah permukiman serta tata kemasyarakatan. Sejauh ini hanya beberapa kawasan saja yang terbebas dari ranjau darat, sebagiannya lagi masih berpotensi bahaya dan karena susah dilacak.
9. Mozambik
Setelah hampir 30 tahun mengalami peperangan, menajdikan Mozambik sebagai negara paling miskin di benua Afrika. Selain dari produksi padi, gandum yang diimpor, perekonomian mereka pun bergantung dari bantuan asing.
Mozambik menghadapi desertifikasi, polusi lingkungan, dan seringkali terjadi banjir dan kekeringan di wilayah tengah dan selatan Mozambik. Dan salah satu yang menghancurkan dan merintangi perkembangan sektor pertaniannya adalah banyaknya ranjau darat yang masih tertanam dan aktif di wilayahnya.
Karena ranjau-ranjau tersebut sangat sulit dideteksi secara menyeluruh akibat dari pola penanamannya yang acak di berbagai wilayah Mozambik. Bahkan disekitar Mozambik ranjau darat pun tersebar di 15 negara yang sedang berkonflik. Di era 1980'an terjadi peperangan yang mengakibatkan terjadinya pengungsian besar-besaran ke Afrika Selatan, Zambia, Tanzania dan Malawi.
Berdasarkan penelitian Handicap International (badan internasional yang mencermati kecacatan manusia), diperkirakan sebanyak 20 orang menginjak ranjau darat setiap bulannya di Mozambik, dan 60% harus meninggal dunia akibat tidak mendapatkan penanganan secara medis.
Berdasarkan penelitian Handicap International (badan internasional yang mencermati kecacatan manusia), diperkirakan sebanyak 20 orang menginjak ranjau darat setiap bulannya di Mozambik, dan 60% harus meninggal dunia akibat tidak mendapatkan penanganan secara medis.
Pada tahun 1996, Kementerian Pertahanan Mozambik menghitung setidaknya 3 juta ranjau darat yang tertanam di wilayah Mozambik. Hal tersebut sangat merugikan pemerintah Mozambik, karena menghalangi pengelolaan potensi pertanian-peternakan, sumber energi, jalan transportasi –jembatan, rel kereta api, dan bandara, pabrik industri, bahkan sarana pendidikan (sekolah dan universitas).
Dan akibat ranjau ini bukan manusia saja yang terhalangi dalam melakukan aktifitasnya, melainkan hewan-hewan liar pun banyak yang terbunuh oleh ranjau darat ini. Misalnya saja pernah ditemukan seekor gajah yang mati akibat menginjak ranjau darat. Sebuah pendapat pun muncul bahwa ekspetktasi hidup manusia di sana hanya 46 tahun, salah satu kematiannya disebabkan oleh ranjau darat.
Sebuah laporan dari Human Right watch yang berjudul "Landmines and Economic Life," mengatakan bahwa: "Salah satu paling dampak buruk dari penggunaan ranjau darat yang ditanam secara sembarangan di sepanjang area pertanian yang potensial, sehingga masyarakat tidak dapat memproduksi makanan."
Sebuah laporan dari Human Right watch yang berjudul "Landmines and Economic Life," mengatakan bahwa: "Salah satu paling dampak buruk dari penggunaan ranjau darat yang ditanam secara sembarangan di sepanjang area pertanian yang potensial, sehingga masyarakat tidak dapat memproduksi makanan."
10. Somalia
Salah satu permasalahan ranjau darat di Somalia merupakan dampak dari peperangan yang terjadi selama 40 tahun, dan untuk pertama kalinya ranjau darat ditemukan di Somalia yakni sejak tahun 1964. Dan wilayah tengah dan selatan Somalia lah yang dinyatakan paling banyak dijadikan ladang ranjau darat dan UXO.
Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa secara sosioekonomis keberadaan ranjau ini sangat merugikan, karena mengurangi produksi pertanian dan peternakan, mengurangi pendapatan dari transportasi dan menghambat pembangunan wilayah, dan yang paling pentingan menghalangi persaudaraan dan persatuaan sesama warga Somalia.
Menurut PBB untuk mengatasi permasalahan ranjau darat di Somalia setidaknya membutuhkan waktu selama tujuh hingga sepuluh tahun. Penduduk Somalia tidak dapat berharap lagi untuk merasakan aman ketika Mine Ban Treaty (organisasi anti ranjau darat) tidak memiliki akses untuk memasuki wilayah Somalia karena tidak mendapatkan jaminan keamanan akibat tidak adanya pemerintahan di Negara Somalia semenjaj pemerintahan Siyad Barre dijatuhkan pada 1991 silam.