Mata Internet Dunia: 5 Kisah Mekkah yang Diserang oleh Pasukan Gajah -
1. Alasan di Balik Penyerangan Abrahah Terhadap Kabah
Mengapa Abrahah menyerang Kabah? Dr At Tijani Abdul Kadir dalam bukunya, 'Ushul Al-Fikr As-Siyasi fi Al-Quran Al-Makki' menyebutkan sebuah fakta di balik penyerangan Abrahah. Disebutkan bahwa Abrahah yang merupakan raja Yaman ini menyerang Kabah karena masalah perekonomian di negerinya yang tak kunjung membaik.
Ditambah lagi dengan peperangan terus terjadi di Yaman, membuat rakyatnya bermigrasi ke utara yakni di tanah Hijaz yang lebih stabil. Hijaz saat itu menjadi satu-satunya pihak yang diuntungkan dari kekacauan Yaman.
Saat itu, banyak pula kabilah yang ingin mencaplok Hijaz. Hijaz dinilai aman karena keberadaan Masjidil Haram. Untuk itu, Abrahah menyerang Kabah dan berencana memindahkan jamaah yang beribadah di Kabah ke rumah ibadah yang dibangunnya di Shan'a (Yaman) sehingga dapat meningkatkan kembali perekonomian Yaman.
Sedangkan dalam Tarikh Ath-Thabari dikisahkan motif penyerangan Abrahah memang murni dari sisi keagamaan, yakni memindahkan jamaah haji ke gerejanya di Yaman yang bernama Qalis.
Para tokoh agama dan tokoh masyarakat Mekah mengerahkan warganya untuk mengadakan perlawanan. Dikisahkan, ketika Abrahah sampai di Magammis, pinggiran Mekah, ia mengirimkan pasukan berkudanya. Saat melewati daerah Tihamah, mereka merampas segala jenis barang, termasuk 100 unta milik Abdul Muthalib. Para tetangga Abdul Muthalib tak berani melawan karena jumlah pasukan Abrahah yang sangat banyak.
Sementara itu, Abrahah mengutus Hunata, orang Himyar, untuk menghadap ke Abdul Muthalib, dan menyampaikan pesan Abrahah. Abrahah berpesan bahwa kedatangannya di Mekah bukan untuk berperang, melainkan untuk menghancurkan Kabah. Jika rakyat Mekah tak melawan, maka tak akan ada pertumpahan darah. Abdul Muthalib pun diminta untuk datang ke markas Abrahah.
Abdul Muthalib yang saat itu usianya sudah melewati 70 tahun mendatangi Abrahah. Ketika menemui Abrahah, ternyata Abdul Muthalib hanya meminta Abrahah mengembalikan unta-untanya. Abdul Muthalib mengatakan, "Unta-unta itu, saya yang memilikinya. Sedangkan Kabah sudah ada pemilik yang akan melindungi."
Abdul Muthalib kemudian memerintahkan warga Mekah untuk pergi ke lembah-lembah menghindari pasukan Abrahah. Di saat Mekah telah senyap, pasukan Abrahah mengerahkan pasukannya untuk menghancurkan Kabah. Dari sumber lain menyebutkan bahwa pasukan Abrahah saat itu berjumlah 60.000 orang.
Namun tiba-tiba, seperti yang dikisahkan di dalam Alquran, banyak burung yang menjatuhkan kerikil-kerikil panas ke arah Abrahah dan pasukannya. Mereka pun kabur dan rencana penghancuran Kabah gagal.
Allah berfirman:
Kitab Sirah Ibnu Hisyam mengisahkan ketika Abrahah bersiap untuk memasuki Mekah. Abrahah menyiapkan gajah-gajahnya dan mengerahkan pasukannya. Gajah Abrahah bernama Mahmud.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Nufail bin Habib Al-Khats'ami (tawanan Abrahah yang menghadangnya) kemudian berdiri di samping gajah Abrahah, Mahmud, dan membisikkan ke telinga gajah itu, "Duduklah wahai Mahmud, atau pulanglah dengan damai ke tempatmu semula, karena sesungguhnya engkau sekarang berada di Tanah Haram (tanah suci)!"
Seketika gajah itu duduk. Pasukan Abrahah memukul Mahmud agar mau berdiri, namun si gajah tak mau berdiri. Mereka memasukkan mijhan (tongkat) ke bawah perut Mahmud, namun Mahmud tetap duduk diam.
Ketika mereka menghadapkan Gajah Mahmud ke arah Yaman, ternyata ia langsung berdiri dan berlari.
Tahun dimana terjadi penyerangan pasukan bergajah Raja Abrahah terhadap Kabah yakni 571 M kemudian dikenal dengan nama Tahun Gajah. Di tahun tersebut, Nabi Muhammad saw lahir. Tepatnya pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Menurut Abi Ja`far al-Baqir, Muhammad lahir 55 hari setelah peristiwa penyerangan Kabah oleh pasukan bergajah itu.
Aminah melahirkan Muhammad saw saat suaminya telah tiada. Setelah Muhammad lahir, Aminah mengutus orang untuk memberi kabar kepada Abdul Muthalib. Sang kakek pun segera menemui cucunya yang baru dilahirkan dan membawanya ke Kabah. Ia bedoa dan memuji Allah SWT. Abdul Muthalib lah yang memberi nama Muhammad, nama yang saat itu masih asing di kalangan masyarakat Arab.
Kabah menjadi tempat paling suci bagi seluruh umuat muslim di dunia. Berdiri kokoh di kota Mekah, Kabah memiliki sejarah panjang yang dikisahkan di dalam Alquran.
Salah satunya adalah upaya penghancuran Kabah yang dilakukan oleh seorang Raja Yaman bernama Abrahah. Upayanya yang gagal menjadi bukti kebesaran Allah SWT.
Salah satunya adalah upaya penghancuran Kabah yang dilakukan oleh seorang Raja Yaman bernama Abrahah. Upayanya yang gagal menjadi bukti kebesaran Allah SWT.
1. Alasan di Balik Penyerangan Abrahah Terhadap Kabah
Mengapa Abrahah menyerang Kabah? Dr At Tijani Abdul Kadir dalam bukunya, 'Ushul Al-Fikr As-Siyasi fi Al-Quran Al-Makki' menyebutkan sebuah fakta di balik penyerangan Abrahah. Disebutkan bahwa Abrahah yang merupakan raja Yaman ini menyerang Kabah karena masalah perekonomian di negerinya yang tak kunjung membaik.
Ditambah lagi dengan peperangan terus terjadi di Yaman, membuat rakyatnya bermigrasi ke utara yakni di tanah Hijaz yang lebih stabil. Hijaz saat itu menjadi satu-satunya pihak yang diuntungkan dari kekacauan Yaman.
Saat itu, banyak pula kabilah yang ingin mencaplok Hijaz. Hijaz dinilai aman karena keberadaan Masjidil Haram. Untuk itu, Abrahah menyerang Kabah dan berencana memindahkan jamaah yang beribadah di Kabah ke rumah ibadah yang dibangunnya di Shan'a (Yaman) sehingga dapat meningkatkan kembali perekonomian Yaman.
Sedangkan dalam Tarikh Ath-Thabari dikisahkan motif penyerangan Abrahah memang murni dari sisi keagamaan, yakni memindahkan jamaah haji ke gerejanya di Yaman yang bernama Qalis.
2. Abdul Muthalib Menemui Abrahah
Para tokoh agama dan tokoh masyarakat Mekah mengerahkan warganya untuk mengadakan perlawanan. Dikisahkan, ketika Abrahah sampai di Magammis, pinggiran Mekah, ia mengirimkan pasukan berkudanya. Saat melewati daerah Tihamah, mereka merampas segala jenis barang, termasuk 100 unta milik Abdul Muthalib. Para tetangga Abdul Muthalib tak berani melawan karena jumlah pasukan Abrahah yang sangat banyak.
Sementara itu, Abrahah mengutus Hunata, orang Himyar, untuk menghadap ke Abdul Muthalib, dan menyampaikan pesan Abrahah. Abrahah berpesan bahwa kedatangannya di Mekah bukan untuk berperang, melainkan untuk menghancurkan Kabah. Jika rakyat Mekah tak melawan, maka tak akan ada pertumpahan darah. Abdul Muthalib pun diminta untuk datang ke markas Abrahah.
Abdul Muthalib yang saat itu usianya sudah melewati 70 tahun mendatangi Abrahah. Ketika menemui Abrahah, ternyata Abdul Muthalib hanya meminta Abrahah mengembalikan unta-untanya. Abdul Muthalib mengatakan, "Unta-unta itu, saya yang memilikinya. Sedangkan Kabah sudah ada pemilik yang akan melindungi."
3. Burung Ababil Mengalahkan Abrahah
Abdul Muthalib kemudian memerintahkan warga Mekah untuk pergi ke lembah-lembah menghindari pasukan Abrahah. Di saat Mekah telah senyap, pasukan Abrahah mengerahkan pasukannya untuk menghancurkan Kabah. Dari sumber lain menyebutkan bahwa pasukan Abrahah saat itu berjumlah 60.000 orang.
Namun tiba-tiba, seperti yang dikisahkan di dalam Alquran, banyak burung yang menjatuhkan kerikil-kerikil panas ke arah Abrahah dan pasukannya. Mereka pun kabur dan rencana penghancuran Kabah gagal.
Allah berfirman:
"Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka djadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan ulat." (QS Al Fiil 105: 1-5).
4. Gajah Abrahah Menolak Berdiri
Kitab Sirah Ibnu Hisyam mengisahkan ketika Abrahah bersiap untuk memasuki Mekah. Abrahah menyiapkan gajah-gajahnya dan mengerahkan pasukannya. Gajah Abrahah bernama Mahmud.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Nufail bin Habib Al-Khats'ami (tawanan Abrahah yang menghadangnya) kemudian berdiri di samping gajah Abrahah, Mahmud, dan membisikkan ke telinga gajah itu, "Duduklah wahai Mahmud, atau pulanglah dengan damai ke tempatmu semula, karena sesungguhnya engkau sekarang berada di Tanah Haram (tanah suci)!"
Seketika gajah itu duduk. Pasukan Abrahah memukul Mahmud agar mau berdiri, namun si gajah tak mau berdiri. Mereka memasukkan mijhan (tongkat) ke bawah perut Mahmud, namun Mahmud tetap duduk diam.
Ketika mereka menghadapkan Gajah Mahmud ke arah Yaman, ternyata ia langsung berdiri dan berlari.
5. Bersamaan dengan Tahun Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Tahun dimana terjadi penyerangan pasukan bergajah Raja Abrahah terhadap Kabah yakni 571 M kemudian dikenal dengan nama Tahun Gajah. Di tahun tersebut, Nabi Muhammad saw lahir. Tepatnya pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Menurut Abi Ja`far al-Baqir, Muhammad lahir 55 hari setelah peristiwa penyerangan Kabah oleh pasukan bergajah itu.
Aminah melahirkan Muhammad saw saat suaminya telah tiada. Setelah Muhammad lahir, Aminah mengutus orang untuk memberi kabar kepada Abdul Muthalib. Sang kakek pun segera menemui cucunya yang baru dilahirkan dan membawanya ke Kabah. Ia bedoa dan memuji Allah SWT. Abdul Muthalib lah yang memberi nama Muhammad, nama yang saat itu masih asing di kalangan masyarakat Arab.